|
Metode dan Algoritma | Konsep Otentitas Wahyu Tuhan dalam Hermeneutika Hassan Hanafi . Anda bisa melakukan konsultasi tentang Konsep Otentitas Wahyu Tuhan dalam Hermeneutika Hassan Hanafi melalui form di samping kanan !!!
judul skripsi :Konsep Otentitas Wahyu Tuhan dalam Hermeneutika Hassan Hanafi-01530518-Mustofa.doc
format : microsoft word
Jumlah halaman :
password : klikskripsi.blogspot.com
kutipan : ABSTRAK
Kitab suci al-Qur'an, Taurat, Injil, dan kedua Kitab Perjanjian Lama dan Baru merupakan bentuk dokumentasi wahyu Tuhan tertulis yang senantiasa memberikan petunjuk, ajaran moral, serta memberikan bimbingan kepada manusia. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa wahyu Tuhan tersebut -dalam perjalanannya- mengalami adanya perubahan dan pergantian, serta deformasi ajaran dan alienasi praktek. Perubahan dan pergantian tersebut, diasumsikan Hassan Hanafi, telah dicampuri (intervented) oleh pihak lain semisal dari para nabi, maupun dari naratornya. Konsekuensi dari hasil pemahaman yang diperoleh kitab suci -oleh karenanya- menjadi sia-sia. Menafsirkan kitab suci -selanjutnya- akan menjadi tidak mungkin terjadi bila tidak ada kepastian mengenai keaslian redaksi kitab suci. Oleh sebab itu, Hassan Hanafi dengan menggunakan berbagai langkah teori hermeneutikanya, berupaya mengungkap kepalsuan dan ketidak aslian yang terjadi, untuk menentukan keotentikan wahyu Tuhan tersebut.
Persoalan mengenai seperti apa gambaran hermeneutika yang digunakan Hassan Hanafi yang kemudian diasumsikannya sebagai langkah-langkah tepat dalam memahami wahyu Tuhan dan bagaimana konsepsi Hassan Hanafi atas otentisitas wahyu Tuhan sebagai wujud implikasi dari kajian hermeneutikanya, akan diteliti dan dikaji dalam skripsi ini dengan menggunakan model penelitian pustaka (library) dan mengambil bentuk metode penelitian yang bersifat deskriptif-analitis.
Dari persoalan yang ada, ditemukan hasil bahwa hermenutika bagi Hassan Hanafi bukan hanya ilmu interpretasi/teori pemahaman an sich, akan tetapi -lebih lanjut, merupakan ilmu yang berupaya menjelaskan penerimaan wahyu Tuhan sejak dari tingkat perkataan sampai ke tingkat dunia. Lebih lanjut, hermeneutika menurut Hanafi merupakan wujud deskripsi proses hermeneutik sebagai ilmu pengetahuan yang rasional, formal, obyektif dan universal. Hermeneutika Hanafi tidak membatasi perbincangan mengenai model dan varian pemahaman tertentu atas teks semata, namun, hermeneutikanya juga berkaitan dengan upaya penyelidikan sejarah teks untuk menjamin otentisitasnya sampai penerapan hasil penafsiran dalam kehidupan manusia. Hal ini dilakukannya, karena Hanafi menginginkan sekaligus menawarkan adanya konsepsi penafsiran yang bersifat objektif, tepat (rigirous), dan universal untuk memahami beberapa teks suci keagamaan. Konsepsi tersebut -berikutnya- mengkonsekuensikan akan adanya kritik historis, kritik eidetik dan kritik praksis. Dengan ketiga langkah kritik tersebut, analisis hermeneutika bisa menjadi langkah analisis yang aksiomatik.
Menentukan keotentikan kitab suci hanya dapat dibuktikan melalui kritik sejarah. Kritik sejarah haruslah terbebas dari hal yang semata-mata berbau teologis, filosofis, mistik dan spiritual. Keotentikan wahyu Tuhan tidak dijamin oleh takdir Tuhan. Bagi Hanafi, wahyu Tuhan dikatakan sebagai wahyu yang otentik, adalah jika wahyu tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut; pertama, kata-kata yang diucapkan oleh sang rasul/nabi adalah kata-kata yang in verbatim (persis dengan kata-kata yang diucapkan pertama kali). Kedua, perkataan dari wahyu yang diterima rasul/nabi tidak melewati masa pengalihan secara lisan, namun ditulis pada saat pengucapannya. Ketiga, pada pengalihan melalui tulisan, teks-teks tersebut harus berisi kata-kata yang secara harfiah sama dengan yang diucapkan Nabi. Keempat, perjalanan dari pengalihan lisan ke tulisan harus dilakukan sesuai aturan-aturan pengalihan lisan. Teks-teksnya harus diketahui dan harus identik. Begitu juga naratornya haruslah orang yang hidup pada zaman yang sama di saat dituturkannya kejadian-kejadian dalam teks, serta harus bersikap netral dalam penceritaannya. Dengan kritik historis terhadap kitab suci di atas tersebut, Hanafi, berkesimpulan bahwa hanya kitab suci al-Qur'anlah yang memenuhi semua persyaratan dan oleh karenanya, al-Qur'an merupakan kitab suci yang otentik
--> download skripsi lengkap
Dari persoalan yang ada, ditemukan hasil bahwa hermenutika bagi Hassan Hanafi bukan hanya ilmu interpretasi/teori pemahaman an sich, akan tetapi -lebih lanjut, merupakan ilmu yang berupaya menjelaskan penerimaan wahyu Tuhan sejak dari tingkat perkataan sampai ke tingkat dunia. Lebih lanjut, hermeneutika menurut Hanafi merupakan wujud deskripsi proses hermeneutik sebagai ilmu pengetahuan yang rasional, formal, obyektif dan universal. Hermeneutika Hanafi tidak membatasi perbincangan mengenai model dan varian pemahaman tertentu atas teks semata, namun, hermeneutikanya juga berkaitan dengan upaya penyelidikan sejarah teks untuk menjamin otentisitasnya sampai penerapan hasil penafsiran dalam kehidupan manusia. Hal ini dilakukannya, karena Hanafi menginginkan sekaligus menawarkan adanya konsepsi penafsiran yang bersifat objektif, tepat (rigirous), dan universal untuk memahami beberapa teks suci keagamaan. Konsepsi tersebut -berikutnya- mengkonsekuensikan akan adanya kritik historis, kritik eidetik dan kritik praksis. Dengan ketiga langkah kritik tersebut, analisis hermeneutika bisa menjadi langkah analisis yang aksiomatik.
Menentukan keotentikan kitab suci hanya dapat dibuktikan melalui kritik sejarah. Kritik sejarah haruslah terbebas dari hal yang semata-mata berbau teologis, filosofis, mistik dan spiritual. Keotentikan wahyu Tuhan tidak dijamin oleh takdir Tuhan. Bagi Hanafi, wahyu Tuhan dikatakan sebagai wahyu yang otentik, adalah jika wahyu tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut; pertama, kata-kata yang diucapkan oleh sang rasul/nabi adalah kata-kata yang in verbatim (persis dengan kata-kata yang diucapkan pertama kali). Kedua, perkataan dari wahyu yang diterima rasul/nabi tidak melewati masa pengalihan secara lisan, namun ditulis pada saat pengucapannya. Ketiga, pada pengalihan melalui tulisan, teks-teks tersebut harus berisi kata-kata yang secara harfiah sama dengan yang diucapkan Nabi. Keempat, perjalanan dari pengalihan lisan ke tulisan harus dilakukan sesuai aturan-aturan pengalihan lisan. Teks-teksnya harus diketahui dan harus identik. Begitu juga naratornya haruslah orang yang hidup pada zaman yang sama di saat dituturkannya kejadian-kejadian dalam teks, serta harus bersikap netral dalam penceritaannya. Dengan kritik historis terhadap kitab suci di atas tersebut, Hanafi, berkesimpulan bahwa hanya kitab suci al-Qur'anlah yang memenuhi semua persyaratan dan oleh karenanya, al-Qur'an merupakan kitab suci yang otentik
ActionScript AS3 ASP.NET AJAX C / C++ C# Clipper COBOL ColdFusion DataFlex Delphi Emacs Lisp Fortran FoxPro Java J2ME JavaScript JScript Lingo MATLAB Perl PHP PostScript Python SQL VBScript Visual Basic 6.0 Visual Basic .NET Flash MySQL Oracle Android
Related Post :
Judul: Konsep Otentitas Wahyu Tuhan dalam Hermeneutika Hassan Hanafi
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh hank2
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh hank2
Anda sedang membaca artikel tentang
Konsep Otentitas Wahyu Tuhan dalam Hermeneutika Hassan Hanafi, Semoga artikel tentang Konsep Otentitas Wahyu Tuhan dalam Hermeneutika Hassan Hanafi ini sangat bermanfaat bagi teman-teman semua, jangan lupa untuk mengunjungi lagi melalui link
Konsep Otentitas Wahyu Tuhan dalam Hermeneutika Hassan Hanafi.